Permasalahan Birokrasi dan Solusinya

Permasalahan Birokrasi di Indonesia dan Solusinya

            Birokrasi adalah dalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai macam peraturan. Birokrasi ini dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak. Birokrasi secara lebih mendalam dapat dipahami sebagai suatu sistem kepemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah yang sangat terikat pada aturan sehingga membuat urusan jadi lebih panjang karena harus melalui jenjang atau jabatan -jabatan penguasa.
Sederhananya, birokrasi adalah sistem tata urusan kepemerintahan. Ketika kita berurusan dengan tata kelola pemerintahan, maka ada aturan yang baku dan mengikat yang harus dilalui. Aturan -aturan ini membuat suatu proses dalam kepemerintahan jadi lebih panjang dan lambat.  Suatu birokrasi tidak terlepas kaitannya dengan pelayanan publik. Pelayanan public dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Kepuasan pelayanan publik merupakan tolak ukur baik tidaknya suatu birokrasi. Semakin tinggi tingkat kepuasan masyarakat maka semakin baik juga birokrasi di suatu negara. Birokrasi di Indonesia mengalami reformasi sejak pemerintahan Jokowi sebagai presiden Indonesia. Berbagai inovasi diusulkan oleh  Presiden Jokowi untuk mewujudkan good governance dan pemerintahan yang terbuka. Salah satu inovasi tersebut adalah program e-government .   
E-government adalah tata kelola pemerintahan dengan menggunakan teknologi sebagai tools -nya untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi masyarakat, bisnis, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan pemerintahan. Oleh karena itu, aplikasi IT dalam e-government hanya sebagian kecil dari komponen utama yaitu bisnis proses dari pemerintahan (sistem pemerintahan). E-government yang telah diterapkan di Indonesia mulai dari e-Budgeting, e-Audit, e-Procurement, e-Catalog, sampai cash flow management system. Tujuan utama adanya program e-government adalah untuk meningkatkan kualitas proses layanan dari lembaga pemerintah kepada masyarakat melalui sistem layanan online. Manfaat yang diperoleh berupa efisiensi waktu dan biaya. Pemerintah dapat menghemat beberapa persen dari biaya awal jika melakukan e-government, sehingga biaya tersebut dapat dialokasikan untuk tambahan biaya pembangunan yang diprioritaskan. Masyarakat juga dapat menghemat waktu yang digunakan untuk mengurus kegiatan administrasi publik seperti melakukan perijinan, pembuatan ktp, sim, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam implementasinya masih banyak permasalahan yang terjadi. Baik permasalahan di lingkungan internal pemerintah sebagai pelayan publik maupun lingkungan eksternal yaitu masyarakat Indonesia sebagai pengguna layanan publik. Layanan e-government hanya diterapkan di berbagai wilayah saja diantaranya Kota Bandung, Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum menerapkan e-government. Hal tersebut disebabkan oleh peran pemerintah daerah di masing-masing kabupaten/kota karena penggunaan e-government merupakan kebijakan dari setiap daerah dan belum diintegrasikan secara nasional. Selain itu terdapat kesenjangan budaya dalam internal pemerintahan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan birokrasi tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam lingkungan internal pemerintah, diperlukan adanya kemampuan leadership yang baik di setiap jenjang yaitu kepemimpinan masing-masing kepala daerah. Kepala daerah berperan penting dalam kesuksesan dari reformasi birokrasi. Peran kepala daerah dapat meminimalisir tindakan korupsi dalam birokrasi karena tugas kepala daerah sebagai decision maker. Sebagai contoh adalah kebijakan kepala daerah untuk melakukan kegiatan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) terhadap program inovasi e-government yang sukses dilakukan di daerah lainnya. Gaya kepemimpinan dapat saling mencontoh dan tidak harus dimulai dari 0. Dari sisi sistem IT bisa saling mencontoh dan melakukan replikasi aplikasi sehingga tidak mengeluarkan biaya (gratis) dibandingkan harus membuat sendiri per daerah dan mengeluarkan biaya yang mahal.
Pertama, skill leadership yang baik juga dapat mengatasi masalah kesenjangan budaya pegawai generasi tua dengan muda. Kepala daerah dapat menerapkan suatu kebijakan agar generasi tua mau mempelajari e-government  dibantu oleh generasi muda. Pemberian punishment dan reward  kepada pegawai atas kinerjanya juga diperlukan untuk memberikan motivasi kerja kepada pegawai. Pemberian gaji remunerasi seperti sekarang ini sudah baik dilakukan agar terciptanya sistem tata kelola yang lebih baik dan bersih dari tindakan korupsi.
Kedua adalah menerapkan aturan di setiap daerah dimana harus ada suatu komitmen untuk keberlanjutan program saat pergantian kepala daerah. Kepala daerah yang baru harus mau melanjutkan pengembangan program dari kepala daerah sebelumnya. Meskipun kepala daerah yang baru mempunyai program strategis, tetapi harus bisa menyinkronkan dengan program strategis sebelumnya. Dengan melakukan hal tersebut, perencanaan jangka panjang dapat terimplementasikan dengan baik. Hal tersebut akan berdampak pada kesuksesan melakukan reformasi birokrasi di suatu daerah.
Ketiga, perlu adanya inovasi birokrasi. Pemunculan ide-ide inovasi tidak harus secara top-down, tetapi dapat dilakukan secara bottom up dengan melibatkan seluruh stakeholder. Setiap kepala daerah dapat memberikan kesempatan kepada seluruh aktor termasuk staf untuk berpartisipasi. Sehingga aspirasi bukan datang dari pribadi pemimpin, tetapi dari pihak pegawai, swasta, maupun masyarakat luas. .
 Keempat, untuk mendapatkan partisipasi masyarakat secara aktif dapat dilakukan dengan pemberian apresiasi. Apresiasi diberikan agar masyarakat merasa dihargai saat terlibat dalam reformasi birokrasi khususnya e-government. Selain apresiasi, masyarakat  juga harus diberikan pengetahuan dasar dalam memahami e-government . Masyarakat harus mengerti tata cara menyampaikan pendapat baik itu merupakan saran maupun kritik. Meskipun kritik merupakan social control , tetapi harus ada tata cara dalam penyampaiannya. Pengetahuan tersebut dapat diberikan pada tahap lingkungan dasar. Masyarakat dapat mengajarkan nilai-nilai etika dalam penyampaian pendapat kepada generasi penerusnya . Hal tersebut bertujuan agar masyarakat generasi mendatang lebih bijak dalam mengutarakan aspirasi di publik. Tidak hanya nilai-nilai etika penyampaian pendapat yang harus dipelajari, nilai kepemimpinan juga harus ditanamkan sejak dini. Karena pada akhirnya, reformasi birokrasi tidak hanya dilakukan dalam sistem pemerintahannya saja. Akan tetapi, mental dari orang Indonesia (pemerintah maupun masyarakat) harus dibenahi mulai dari awal untuk terciptanya birokrasi yang baik.




Sumber:
 Ahmad, B. (2008). Kondisi Birokrasi Di Indonesia Dalam Hubungannya dengan Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi Publik Volume IV







https://www.porosilmu.com/2016/09/memahami-pengertian-birokrasi.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA ITU MUSIK FOLK?

Makalah Pelestarian Lagu Daerah Menggunakan Media Elektronik